Bagaimana Akreditasi Mempengaruhi Rencana Strategis Institusi
Bagaimana Akreditasi Mempengaruhi Rencana Strategis Institusi – Ketika sebuah kapal ingin berlayar, hal penting pertama yang harus diputuskan adalah kemana tujuannya. Penentuan tujuan ini mempengaruhi perbekalan yang harus dipersiapkan agar perjalanan menjadi baik. Jika tujuannya cukup jauh, nakhoda perlu memutuskan pelabuhan mana yang akan disinggahinya. Di setiap pelabuhan, perbekalan diperiksa dan dimobilisasi untuk memastikan perjalanan hingga tujuan berjalan lancar.
Universitas Mulia yang didirikan pada tanggal 18-12-18 ini lahir dalam keadaan yang unik. Sejumlah peristiwa penting terjadi bersamaan dengan itu. Pertama, Industri 4.0 memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Kedua, sistem akreditasi perguruan tinggi di Indonesia sedang dalam proses perubahan dari 7 standar menjadi 9 standar. Ketiga, pemerintah menerapkan Kampus Merdeka Belajar (MBKM). Terakhir, munculnya pandemi Covid-19 telah melanda dunia dan mengubah banyak hal dalam kehidupan, termasuk dunia akademis.
Bagaimana Akreditasi Mempengaruhi Rencana Strategis Institusi
Secara kebetulan, peristiwa-peristiwa ini mempunyai kesamaan yang menarik. Industri 4.0 didukung oleh 9 pilar. Akreditasinya diubah menjadi 9 kriteria. MBKM hadir dengan 9 pilihan kegiatan, 1 kegiatan dalam kampus dan 8 kegiatan luar kampus. Contohnya dapat dilihat seperti pada Gambar 2.
Rencana Strategis Bisnis Unej Blu Fix
Tentu saja ini bukan soal kenapa ada 3 kejadian yang melibatkan angka 9. Ini soal bagaimana seharusnya perguruan tinggi menyikapinya. Isu kuncinya adalah bagaimana mengintegrasikan 9 pilar Industri 4.0 ke dalam kegiatan tri-religius perguruan tinggi, memenuhi persyaratan akreditasi berdasarkan 9 kriteria tersebut dan mengadopsi kegiatan 9 MBKM ke dalam kegiatan pendidikan.
Ibarat sebuah kapal yang ingin berlayar dan perlu menentukan pelabuhannya, Universitas Mulia pun telah menentukan tujuan perjalanannya. Tujuan yang ingin dicapai dalam waktu 25 tahun dituangkan dalam pernyataan visi, yaitu: Menjadi universitas progresif dan terkemuka yang berfokus pada teknologi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi secara global pada tahun 2043.
25 tahun adalah perjalanan yang panjang. Ibarat kapal layar yang harus singgah di beberapa pelabuhan sebelum mencapai tujuannya, Universitas Mulia menetapkan langkah atau tonggak sejarah setiap 5 tahun sekali. Langkah-langkah tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Dari Gambar 2 terlihat bahwa untuk mencapai visi 25 tahun tersebut akan dilalui lima tahapan yaitu: Universitas Keguruan, Universitas Riset dan Inovasi, Kampus Technopreneur Nasional, Kampus Technopreneur Regional dan Kampus Technopreneur Global. Tiga level terakhir mempunyai tema yang sama yaitu berbasis teknologi, namun berbeda dalam tingkat cakupan sasarannya. Dari segi akademik, kelima jenjang dalam panduan tersebut sebenarnya dapat dibagi menjadi 3 tingkatan utama, yakni teaching university, Research university, dan Entrepreneurial University. Universitas pengajaran berarti universitas yang mengutamakan aspek pengajaran, universitas riset berarti mengutamakan penelitian, dan universitas wirausaha berarti universitas yang berfokus pada penerapan hasil penelitian untuk kepentingan dunia usaha dan masyarakat luas.
Pdf) Perencanaan Strategis Sistem Informasi Pada Perguruan Tinggi Swasta Di Indonesia (studi Kasus Pada Institut Pendidikan Indonesia Garut)
Pada tahap ini Universitas Mulia fokus pada dasar-dasar yang diperlukan dalam proses pengajaran. Tiga tema dasar yang dibangun yaitu administrasi, trinitas pendidikan tinggi dan publikasi. Dalam bidang tata kelola, Universitas Mulia menitikberatkan pada penerapan tata kelola universitas yang baik, yang meliputi prinsip-prinsip: transparansi (openness), akuntabilitas (responsibility), tanggung jawab (responsibility), independensi (independence) dan equity (kesetaraan dan kewajaran). Tridharma fokus pada kegiatan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sedangkan untuk publikasi, kampus mendorong seluruh dosen untuk meningkatkan publikasi hasil Tridharma: penulisan buku, artikel media dan publikasi hasil penelitian dan pengabdian masyarakat pada jurnal ilmiah.
Pada fase kedua ini, Universitas Mulia mengalihkan fokusnya ke penelitian dan inovasi. Topik penelitian yang dilakukan dosen harus memberikan kontribusi yang signifikan bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat. Hasil penelitian tidak boleh lagi hanya berupa tumpukan kertas. Inisiatif menuju technopreneurship diawali dengan didirikannya inkubator bisnis sebagai wadah menerima dan memfasilitasi ide-ide bisnis dari mahasiswa dan dosen.
Selain upaya peningkatan akreditasi institusi oleh BANPT dan program studi oleh badan akreditasi independen, Universitas Mulia mulai fokus pada pencapaian akreditasi penelitian dan pengembangan oleh KNAPP (Komite Nasional Akreditasi Lembaga Penelitian dan Pengembangan).
Dari segi persentase, fase universitas riset dan inovasi diharapkan sebagai berikut: 50% penelitian, 30% pengajaran, 10% technopreneurship, dan 10% pengabdian. Menurunnya angka mengajar dari semula 70% menjadi 30% bukan berarti aktivitas mengajar menurun. Kegiatan pengajaran akan tetap seperti biasa, namun kegiatan penelitian dan inovasi yang dilakukan dosen diharapkan meningkat secara signifikan.
Tingkatkan Kualitas Instrument Akreditasi, Lpm Adakan Workshop Bersama Bes-q Institute
Pada fase ketiga ini, kegiatan technopreneurship mendapat perhatian lebih serius. Secara kelembagaan, Universitas Mulia diharapkan menjadi salah satu perguruan tinggi technopreneurship tingkat nasional yang patut menjadi rujukan. Jumlah kegiatan pengajaran, penelitian, dan pengabdian akan dilaksanakan dengan kualitas yang lebih tinggi seperti sebelumnya, sedangkan kegiatan technopreneurship akan meningkat secara signifikan. Kegiatan technopreneurship sebenarnya merupakan kelanjutan dari kegiatan penelitian yang fokus pada penerapan hasil penelitian untuk kepentingan dunia usaha dan masyarakat luas. Semua program studi diharapkan memiliki industri, baik in-house maupun kemitraan, yang bekerja untuk mengupayakan hasil penelitian menjadi produk yang benar-benar dapat dinikmati masyarakat.
Dari segi komposisi persentase, tahapan Kampus Technopreneur Nasional diharapkan sebagai berikut: 40% penelitian, 30% technopreneurship, 20% pengajaran dan 10% pengabdian.
Secara keseluruhan, tahap keempat ini merupakan peningkatan kualitas dari tahap ketiga dengan cakupan yang lebih luas dan unsur teknologi yang lebih banyak. Secara kelembagaan, Universitas Mulia diharapkan menjadi salah satu perguruan tinggi technopreneurship tingkat regional Asia yang patut menjadi rujukan.
Dari segi komposisi persentase, fase kampus technopreneur regional diharapkan sebagai berikut: 40% technopreneurship, 30% penelitian, 20% pengajaran dan 10% pengabdian. Terlihat persentase kegiatan technopreneurship lebih besar dibandingkan dengan kegiatan penelitian. Produk technopreneurship yang merupakan kelanjutan penelitian mulai dijual tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga di negara tetangga.
Persyaratan Pengajuan Borang Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (aipt)
Ini merupakan titik tertinggi yang bisa dicapai dalam perjalanan 25 tahun. Saat ini Universitas Mulia diyakini menjadi salah satu universitas technopreneurship di tingkat global yang patut dijadikan rujukan.
Dari segi komposisi persentase, tahapan Global Technopreneur Campus diharapkan sebagai berikut: technopreneurship 50%, riset 20%, pengajaran 20%, dan pengabdian 10%. Saat ini, 50% aktivitas di kampus dianggap teknologi. Ciri technopreneurship ini terlihat di segala bidang termasuk fasilitas, suasana dan aktivitas kampus. Produk-produk technopreneurship kelanjutan penelitian mulai dipasarkan tidak hanya di tingkat nasional dan regional, namun juga di tingkat global.
Saat sebuah kapal berlayar ke tempat tujuan yang jauh, banyak hal yang bisa terjadi dalam perjalanannya. Ada hal-hal yang dapat menghambat perjalanan Anda. Misalnya saja akan terjadi gelombang besar atau badai, kondisi air laut di pelabuhan singgah yang lebih sedikit, dan sebagainya. Di sisi lain, bisa juga muncul hal-hal yang membuat pengiriman lebih mudah dan cepat. Misalnya saja kondisi angin dan gelombang yang mendukung, adanya saluran buatan yang memotong jalur transportasi sehingga menjadi lebih pendek, dan sebagainya. Kondisi yang terjadi selama pelayaran dapat mempengaruhi jalur berlayar kapal. Kapten selalu memilih rute terbaik dan rute tercepat untuk mencapai pelabuhan akhir.
Dalam mewujudkan visi universitas yang sempurna tentunya juga demikian. Tantangan baru muncul dan perlu dihadapi. Misalnya perubahan regulasi, kondisi pasar, perubahan kepentingan dll. Di sisi lain juga bermunculan hal-hal baru yang memungkinkan kecepatan pencapaian visi tersebut. Misalnya perkembangan teknologi, kemudahan akses dan regulasi, dan lain sebagainya. Kondisi ini mempengaruhi rencana dan strategi yang diterapkan.
Waspada Akreditasi Kurang, Jangan Sampai Kalah Bersaing Dengan Kampus Baru
Tantangan yang muncul serta hal-hal yang mempermudahnya mempengaruhi strategi dan kecepatan dalam mencapai visi. Disrupsi akibat Industri 4.0 merupakan salah satu contoh faktor yang mempercepat pencapaian Visi. Dalam setiap perubahan dan dinamika yang terjadi, Universitas Mulia harus selalu mampu menyikapinya dengan menyempurnakan strategi siap pakai agar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mendapat bimbingan teknis Program Studi Tahap 1 – Kelompok Teknis dari Direktorat. Pada tanggal 29 Mei 2021 melalui zoom meeting di gedung induk UMS Citi Walida dan secara daring (online) secara rutin offline (jaringan eksternal).
Tujuan dijalankannya program ini adalah untuk membantu program studi dalam menyusun dokumen pendukung Program Fasilitasi Akreditasi Internasional Program Studi.
Rektor UMS, Prof. Dr. Dalam sambutannya, Sofian Anif, M.Si menyampaikan bahwa UGM terus meningkatkan kualitas pengajarannya. Salah satunya memenuhi standar internasional, karena tidak cukup hanya mencakup standar nasional saja.
“Kita tidak boleh hanya terlibat dalam prestasi nasional, tapi melebarkan sayap hingga mencapai standar internasional,” kata Sofian Anif.
Undangan Pelatihan Fasilitator Penyusunan Laporan Evaluasi Diri (led) Untuk Akreditasi Nasional Program Studi
Pelaksanaan juknis ini dibagi menjadi empat kelompok. Yaitu Klaster Ilmu Kesehatan, Klaster Pertanian dan Sains, Klaster Ilmu Sosial, Klaster Teknik. Setiap keluarga dibagi menjadi empat tingkatan utama.
Pertama, standar akreditasi internasional dan konsep outcome based education (OBE), kedua, contoh penerapan OBE, ketiga, pelaksanaan mandiri masing-masing perguruan tinggi (penugasan mandiri), dan terakhir presentasi dan diskusi hasil juknis. .
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Bangkok, Ir. Achmad Vikaxono, M.Eng., Ph.D memaparkan pengertian akreditasi internasional dan persyaratan akreditasi internasional sebagai narasumber pertama.
Asesor AUN Dr. dari UGM. Leni Sophia Heliani, ST, M.Sc selaku narasumber kedua memaparkan Outcome Based Education (OBE), salah satu konsep inti dan prinsip OBE.
Cetak Biru (blueprint) Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024
“OBE memiliki lima prinsip inti, termasuk fokus pada hasil pembelajaran, desain kurikulum terbelakang, memfasilitasi kesempatan belajar, kesesuaian struktural, dan siklus rencana-lakukan-periksa-tindakan (PD-C-A) yang sistematis.”
Sejauh ini Rois Fatoni P.hD menurut panitia kegiatan telah mendapatkan pengakuan internasional melalui program studi Teknik Kimia dan Teknik Industri UMS (IABEE – Sementara). Kemudian program studi Keperawatan, Farmasi dan Arsitektur (AUN-QA) jika ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi tentunya tidak perlu memahami pengertian akreditasi. Mengapa? Sebab, dalam memilih perguruan tinggi, Anda pasti mempertimbangkan kualitas perguruan tinggi tersebut.
Serta pertimbangan lainnya. Misalnya, pertimbangkan kesenjangan antara perguruan tinggi dan tempat tinggal Anda, kurikulum, lingkungan kampus, dll. Permasalahan kualitas tentu saja menjadi prioritas dan faktor ini dapat dilihat melalui skor paparan.
Bisa dikatakan mengenalinya